Kamis, 11 Juni 2015

Temukan ‘Harta Karun’ di Yordania (3): Indahnya Petra dan Gereja Nabi Isa

Temukan ‘Harta Karun’ di Yordania (3): Indahnya Petra dan Gereja Nabi Isa : aktual.co
Petra di Yordania


Di Yordania, Anda bisa mengunjungi Gereja tempat Nabi Isa A.S. dibaptis oleh Nabi Yahya dan membasuh wajah atau memerciki kepala Anda dengan air sungai Yordan yang dianggap sakral.


Jakarta, Aktual.co —  Masih di Yordania, menjelang tengah hari sebelum tiba di Petra, para pelancong biasanya akan mampir menikmati Mansaf makanan khas Yordania berupa nasi gurih (seperti nasi uduk) yang disajikan dengan daging kambing, susu kambing, berbagai kacang-kacangan dan juga kismis. 

Mansaf ini makanan wajib pada saat kenduri besar dan berguna pula saat kita akan berkunjung ke Petra yang memerlukan energi besar.

Selepas makan siang yang sarat lemak di Wadi Harun itu, sampailah di Petra dan meskipun harus membayar tiket sebesar 29 Dinar Jordan (JD) untuk turis asing dan 1 JD untuk warga lokal, pengunjung asing tidak merasa keberatan karena apa yang dikunjunginya yaitu, salah satu situs terpenting yang ada di dunia dan merupakan bukti peradaban yang tinggi bahkan hingga masa kini. 

Namun sayang, di saat para kusir delman dan joki kuda sibuk memungut bayaran dengan mengangkut pengunjung karena jarak dari pintu masuk di atas ke pusat bangunan Petra cukup jauh sekitar 4 km, para pedagang cinderamata harus gigit jari karena sepi pembeli.

Melewati Siq yang berkelok dengan pemandangan dinding batu serta celah-celah sistem pengairan yang begitu rumit, membuat decak kagum siapapun yang mengunjungi kota batu yang dibangun kaum Nabatean enam tahun sebelum Masehi. 

Peradaban kaum Raja Aretas IV itu telah mengenal  teknologi hidrolik untuk mengangkat air. Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama 500 tahun sejak berakhirnya Perang Salib pada abad ke-12 M sampai akhirnya diketemukan lagi oleh seorang petualang dari Swiss, Johann Ludwig Burckhardt pada abad ke-19. Maka datanglah ke Petra sebelum Anda menghembuskan nafas terakhir.

Berendam di air panas pegunungan dan bermalas-malasan memandangi laut mati dari panorama terrace di kota Ma’in, rasanya hidup di suatu alam yang dekat dengan Surga. 

Kemudian mengunjungi Gereja tempat Nabi Isa A.S. dibaptis oleh Nabi Yahya dan membasuh wajah atau memerciki kepala Anda  dengan air sungai Yordan yang dianggap sakral hingga akhirnya memakai lumpur di wajah dan mengapung di atas laut mati, terasa hidup beratus tahun di jaman para Nabi meski hanya seminggu di Yordania, semua penuh kejutan.

Saat pesawat mendarat di Soekarno-Hatta, seorang teman mencubit lenganku seraya berkata,”Hussh…masih mimpi di Petra kah?”. “Ah…oh…macet kah hari ini?” Bayangan kota batu Petra yang megah, legitnya kue Baklava khas Yordania dan sepoian angin musim semi di pemandian air panas kota Ma’in menari-nari di mataku. “Jordan, aku pasti kembali.

0 komentar:

Posting Komentar